ReviewFilm Tenggelamnya Kapal van der Wijck: Kisah Cinta yang Terhalang Suku 19:55 WIB Arkeolog Temukan Lokasi Tempat Kapal Van Der Wijck Diduga Tenggelam
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck2 jam 43 menit2013Drama13+ Zainuddin left his first love Hayati since their status is different and can’t be together. Yet later met her again in an opera show.
OveraLl Tenggelamnya Kapaz l Van summation der Wijck is an excellent Indonesian film.The movie portrays the scenic panorama of Minang Land. The sweet original soundtrack from Nidji, such as "Nelangsa" and "Terusir", make the film unforgettable. This is a worthwhile film to see. Recommendation to see the film Appraisal for the film
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Film yang diputar pada akhir tahun 2013 ini membuat hati saya terkagum-kagum akan keindahan bahasa yang dituturkan. Setting daerah dan adat yang khas, suguhan alam yang tepat dan penokohan yang begitu sesuai dengan aslinya membuat kita bisa turut langsung merasakan suasananya. Film yang diperankan oleh Herjunot Ali sebagai Zainuddin dan Pevita Pearce sebagai Hayati ini cukup banyak membuat saya takjub terutama pesan-pesan moral yang dari keresahan seorang Pemuda, yang sangat ingin mengetahui tentang asal-usul keluarganya. Seorang anak yatim piatu, yang dari lahirnya telah ditimpa oleh kemalangan. Tentang, kisah seorang pemuda yang terbuang, diasingkan oleh tanah kelahirannya sendiri. Lalu, dia mulai menelusuri jejak-jejak sang Ayah. Mencari tau kabar sanak saudara. Memperbaiki hubungan keluarga yang hampir yang berlatar belakang pada tahun 1930-an ini adalah film yang bergenre romance dan religi. Zainuddin, pun memulai perjalanannya menuju Padang, Batipuah. Selain untuk mencari tau asal usul keluarga, Zainuddin juga ingin memperdalam ilmu agamanya. Lalu kemudian tidak sengaja dipertemukan dengan seorang gadis Desa yang terkenal akan keindahannya, cantik rupa dan akhlak, Hayati, begitulah orang memanggilnya. Semenjak pertemuan perdana, Zainuddin dan Hayati ini rupanya saling mengagumi satu sama lain. Lewat tatapan mata, mereka saling mengirim sinyal tanda rasa syukur kepada Tuhan, Takjub, akan keindahan Ciptaan-Nya. Hayati, kecantikan ciptaan alam. Sopan dan lembut tutur katanya. Namun, diapun seseorang yang bernasib sama dengan Zainuddin, yaitu yatim piatu. Dibesarkan oleh pamannya yang sekaligus menjadi ketua Adat di wilayahnya. Hayati, hanya bisa tunduk dan patuh oleh segala aturan dari pamannya itu. Apapun akan dilakukan sebagai bentuk balas berkenalan, Zainuddin dan Hayati semakin akrab. Mulai menunjukkan betapa mereka memang saling mengagumi satu sama lain. Berkabar melalui sepucuk surat. Surat yang sangat berharga, surat yang sangat dinanti. Zainuddin begitu mencintai Hayati, karena hanya dialah seseorang yang tetap setia berkawan dengannya, disaat yang lain membatasi diri. Hanya Hayati lah yang mampu menemani disaat suka maupun luka dan mampu menghargai sekecil apapun pengorbanan segala pengharapan, Zainuddin memilih seorang Hayati untuk menceritakan semua hal. Tentang kekecewaan seorang pemuda yang tidak jelas keturunannya. Pemuda yang hatinya bersih karena dicuci oleh air mata penderitaan sejak lahir bahkan tentang rasa, Zainuddin menyatakan telah jatuh hati kepada Hayati lewat sebuah kalimat indah "Hanya satu pintaku, jangan pernah kecewakan hati yang berlindung kepadamu, Aku mencintaimu".Mendengar hal ini, sang Paman pun murka. Seperti aturan yang dibuatnya sejak dulu, tidak ada seorang lelaki Batipuh yang bisa meminang Hayati termasuk Zainuddin. Maka, diusirlah Zainuddin dari negeri Batipuh, untuk menghindari fitnah dan memadamkan amarah sang Paman. Mengetahui hal ini, Hayati pun memohon, untuk mengurungkan niat Pamannya itu. Namun, Hayati tidak bisa berbuat apapun, aturan tetaplah aturan. Untuk kesekian kalinya, dia masih harus kalah oleh aturan sang perjalanannya, Hayati menemui Zainuddin. Mengucapkan salam perpisahan. Menguatkan, bahwa cinta itu tidak melemahkan dan membuat putus asa. Mengutarakan tentang hati yang telah dipenuhi cinta kepada Zainuddin. Membuat sumpah yang begitu berat. Berjanji akan tetap suci dan menunggu kedatangan Zainuddin kembali untuk meminangnya. Lalu, memberikan azimat berupa selendang sebagai tanda mata sekaligus penyemangat bagi pun berangkat dengan harapan baru yang sebelumnya hampir sirna. Bersama segala sumpah dan selendang yang dia genggam erat dari seorang Hayati. Meninggalkan negeri Batipuh menuju Padang Panjang melanjutkan tujuannya untuk belajar Agama. 1 2 3 Lihat Film Selengkapnya
Salahsatunya adalah film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck" yang diangkat dari novel yang berjudul sama karya Buya Hamka. Film yang disutradarai Sunil Soraya ini meng gunakan latar pada tahun 1930-an. Film bergenre drama ini mengisahkan tentang peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi hidup Zainuddin. Dengan disisipkannya sebuah cerita cinta
Cast & crewUser reviews2013TV-142h 44mAdapted from a classic novel with the same title, the movie tells a love story between Zainuddin, Hayati, and Aziz. With the difference in social background lead Zainuddin and Hayati's true ... Read allAdapted from a classic novel with the same title, the movie tells a love story between Zainuddin, Hayati, and Aziz. With the difference in social background lead Zainuddin and Hayati's true love to a tragedy on sailing Van Der Wijck from a classic novel with the same title, the movie tells a love story between Zainuddin, Hayati, and Aziz. With the difference in social background lead Zainuddin and Hayati's true love to a tragedy on sailing Van Der Wijck production, box office & company infoMore like thisReview This is MasterpieceThis story tell the difference between culture and religions knowledge, does the culture always be a priority? This story is to tell how Adat Minangkabau is conducted within the ethnic. Minang is the fraction of the Malay ethnic besides Jawa and else. Zainuddin sentences for Hayati is Masterpiece. It should be full rated because of the sentences 6, 2020Contribute to this pageSuggest an edit or add missing contentBy what name was The Sinking of Van Der Wijck 2013 officially released in Canada in English?AnswerEdit pageMore to exploreRecently viewedYou have no recently viewed pages Menjadisalah satu film terbaik yang lahir di ranah perfilman Indonesia, film 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck' memang ramai diperbincangkan. Menjadi menarik dengan mengangkat persoalan budaya ditengah masyarakat, dimana budaya menjadi bagian penting untuk menutur tata laku individu yang ada. rekomendasi buku iPusnasNovel Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya Hamka. Kisah cinta tragis dua insan manusia yang terhalang adat. Antara Zainuddin dan Hayati, yang sebenarnya keduanya masih saling mencintai namun, nasib membawa mereka tidak bisa bersama. Novel karya Hamka yang sudah diangkat adaptasi film yang diperankan dengan apik oleh Herjunot Ali, dan Pevita Pearce. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck sangat layak menjadi bacaan dan tak salah pula untuk menonton filmnya. booktok Sumpah dan cinta matiku - Nidji NontonFilm Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ( 2013) Movies Preview Nonton Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ( 2013) Topics Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. film romantis bikin baper Scanner Internet Archive HTML5 Uploader 1.6.4. plus-circle Add Review. comment. Reviews There are no reviews yet. Be the first one to write a review
Synopsis When a young man leaves home to fulfill the wishes of his late father, he meets and falls in love with a woman from a very different background. Cast Crew Details Genres Releases Cast Director Producer Writer Original Writer Studio Country Language Alternative Title The Sinking of Van Der Wijck 2013 Genres Theatrical 19 Dec 2013 Indonesia Indonesia Popular reviews More Well, that ship did sink in the end. sebelum berangkat nonton film ini kebanyakan minum, trs pas film nya mau mulai aku ga pipis dulu dan pas awal sampe pertengahan ga kebelet tapi pas kapalnya mau tenggelem kebelet banget tapi nahan sampe kringet dingin, pusing banget trs aku minta temen aku untuk nemenin ke kamar mandi dia nolak dong.. Soalnya kapalnya mau tenggelem. Yaudah akhirnya aku tahan trs mana durasi film nya lama banget ajg sampe ga kuat dan akhirnya keluarlah. Malu banget sumpah nonton ini kalo g salah kelas 3/4/5 sd waktu itu pake celana jeans warna gelep jd ga begitu keliatan. Pas keluar bioskop di tanya temen ku ga jadi ke kamar mandi? Aku jawab ga dan akhirnya lgsng masuk mobil. Untung waktu itu nonton nya jam terakhir malem banget. Dan sampe sekarang temen temen aku ga tau tentang tragedi ini LOL. Maaf banget ya mba/mas petugas bioskop 😭😭😭. Masih kecil banget nonton udah sering nonton sendiri sm temen temen... Zainuddin yang diperankan oleh Herjunot Ali itu sebenarnya beraksen apa? Padang? Makassar? Atau Italia?Color gradingnya, ya ampun, ada satu scene yang saya pikir sekampung kena Hepatitis C semua. Ada pula scene yang saya kira di kampung halaman The Smurfs Surat Hayati yang dibaca di akhir sama adegan Hayati di rumah sakit yang di akhir… ā€œZainuddin, kekasihku. Zainuddin, kekasihku. Zainuddin, kekasihku.ā€ Fuck mati aja aku sedih banget itu sambil dibacain 2 kalimat syahadat sampe 3 kali😭 harusnya ini judulnya ganti aja jadi 'mengejar gebetan' karena kapalnya tenggelem cuma 2 menit???????? padahal pantat udah panas nungguin kapalnya terbalik Dulu nonton ini sedih banget wkwk nonton lagi jadi gimana gitu Beberapa gambar ngelihatnya kayak film The Great Gatsby. Tapi suka sama film ini walaupun Hayati gak setia, dia milih yang lebih kaya, dan ternyata menyesal, karena Zainudin ujung-ujungnya jadi orang kaya juga šŸ™„šŸ™„šŸ™„šŸ™„ Ini bukan hanya kisah romansa, kisah cinta dan tragedi biasa. Menurutku kisah ini mengajarkan kita bagaimana cara memaknai hidup. Karena cerita tersebut sangat logis, dan seringkali dialami juga oleh sebagian manusia. Yaitu tentang bagaimana Tuhan menghadirkan cinta pada dua anak manusia yang saling mengasihi dengan tulus dan berjalan lurus, namun karena situasi dan kondisi sosial budaya adat istiadat, dan juga banyak faktor lainnya yang sangat kuat mempengaruhi jalannya cinta suci tersebut. Hingga manusia dihadapkan pada pilihannya masing-masing, apakah akan meneruskan cinta tersebut, menguburkan, melupakan atau bahkan membunuhnya. Ceritanya sangat bertele-tele tapi mungkin terbantu oleh cinematography nya yg cukup bagus untuk film Indonesia. This is one of the very good Indonesian films, the love story of 2 human beings who must be separated because of wealth, different degrees of customs. A very tragic love story. Pathetic. Herjunot Ali's acting in this film shows totality. "demikianlah perempuan, ia hanya ingat kekejaman orang kepada dirinya walaupun kecil, dan ia lupa kekejamannya sendiri pada orang lain padahal begitu besarnya."a powerful words by zainuddin to hayati. i can feel his emotion that he hide all these times. i know he still love her in this scene, but anger controls him. i can't imagine if someone i deeply love broke the promise and married to other person, and come back ask for forgiving. i'd alsp do the same just like what zainuddin did to hayati. remember, words cut deeper than a zainuddin motivates me to turn the pain, the hate into power. he proves to all those people that he success, he's in the top, and proves the "luka pun ada sembuhnya". besides the powerful lines, the musics help the movie. "cintakan selalu abadi, walau takdir tak pasti kau selalu di hati, cinta matiku." šŸ–¤
MovieReview: Tenggelamnya Kapal van der Wijck 1. INTRO STORYLINE 5 REASONS WHY YOU SHOULD WATCH IT 2. •Soraya Intercine Films (Dec 2013) •Genre: Romance •Duration 165 minutes •Director: Sunil Soraya •Producers: Ram Soraya, Sunil Soraya •Screenwriters: Imam Tantowi, Donny Dhirgantoro •Cast: Herjunot Ali, Reza Rahadian, Pevita Pearce, Randy "Nidji" •Minang, Makassar, Malay
9/10 I'm a Malaysian and I love this movie I never read the novel before watching this,but my god i'm truly in awe of Hamka for writing this masterpiece even though it was adapted from a novel still it was so from the start I was already hooked up to the artful dialogue,the different accent and culture between Minangkabau & Ali as Zainuddin truly a standout performer in this movie with supporting casts that were also compliment great movie if not great music and soundtrack?The ship scene and the aftermath looks too simplistic but otherwise can be - this will stay in my Netflix list for a long time. 6 out of 6 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 9/10 Love Story, the Great This is a great love story. Shown in classic way. Similar to the camera of greatest Hollywood movies. 4 out of 4 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 9/10 This is Masterpiece This story tell the difference between culture and religions knowledge, does the culture always be a priority? This story is to tell how Adat Minangkabau is conducted within the ethnic. Minang is the fraction of the Malay ethnic besides Jawa and else. Zainuddin sentences for Hayati is Masterpiece. It should be full rated because of the sentences only. 5 out of 5 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 10/10 The very best and pride of Indonesian cinema. An instant classic. When Zainuddin tells Hayati that he will always love her, just before he is forced to leave her home village and moves to another town, he knows that his love for her is pure and true, and comes from his deepest heart. And when Hayati makes a promise that she will forever wait for him and he will become her husband one day, if not here on earth then in the afterlife, that promise has sealed Zainuddin's heart forever. A promise from a young man and woman deeply in love. A love promise that not only gives Zainuddin hopes to walk into his uncertain pathway ahead, but also defines the happiness of his entire life. A love oath so sacred for him that makes him unable to love another woman. The same promise that makes him suffers for the rest of his is the story about a timeless love and love unrealized. A tragic love story adapted from the mega bestseller novel "Tenggelamnya Kapal van der Wijck" "Sinking of the van der Wijck", first published in 1938, written by Buya Hamka, a great and well known Indonesian is a wonderful and a very well made high budgeted Indonesian movie with such a heart grabbing story. The movie is a real tearjerker, with so many heartbreaking moments. The thing is, even though it has the potentials to become a melodramatic movie, but the film itself doesn't fall into those melodramatic traps. An excellent direction from Sunil Soraya,also acted as the producer, who made a movie so beautiful, poetic and touching, and at the same time feels so extravagant and epic, with the story stays true to the novel and well capturing the main spirit told by the writer in criticizing the certain customs and traditions in the Minangkabau society at that time, such as ethnic and social status discrimination, and forced marriage. Soraya's 5 long years of research and development of this film, including choosing the right casting, really paid off, resulting in an unforgettable motion picture with such great details. Praise also needs to be given to the great screenplay written by Donny Dhirgantoro and Imam Tantowi, filled with so many wonderful and thoughtful acting and characterization is a standout. Herjunot Ali gave a brilliant and the best performance of his career as Zainuddin, delved deep into the soul of his character, with his amazing Makassar accent, as well as his sympathetically posture and expressions that will make the audiences feel and fall for him. He cleverly used his accent with the right timing, sometimes made it sounded a bit funny on purpose, but precisely reflecting his naturally plain good heart and honesty. When he is astonished by Hayati's beauty when he sees her for the very first time, passing through him in a horse-drawn carriage, he makes us feel amazed with him. At the other end, when Zainuddin bursts out all of his emotions and angriness to Hayati near the end of the movie, after years of holding bitterness inside of him, Herjunot strikes and hits us right at heart with the way he says all that, showing us that even though Zainuddin is a good man, but he is also just a human being with heart and pains and emotions. That is the climax and the golden moment of this Pearce appeared lovely and elegant, shines with her stunning beauty throughout the movie. And I think she gave a pretty good performance as the vulnerable Hayati, a submissive woman who has to put her hopes and dreams under the oppressive culture and traditions of her society, indecisive to choose who's best for her as the three times 'Piala Citra' winner in the Indonesian Film Festival the Indonesian 'Academy Award', the talented Reza Rahadian appeared solid and fun to watch as the classy and modern rich guy, but a mean and unfaithful husband Aziz, exploring into his antagonist the fictitious story and characters, the background of this movie is actually based on the real historical event, the sinking of the Van der Wijck ship, a luxury Dutch liner that sank in the northern coast of Java island in 28th October 1936. The sinking of the ship itself is actually not the main story of this movie, not taking a long scene time, but it plays as a very important background to the story. The special effects of the sinking ship are not as good and on par as those of the Hollywood's, but that didn't matter, because the essence of this movie is just not that. The technical aspects of this movie are top notch and first-class. From the beautiful sceneries and cinematography, the excellent period set pieces that catch the mood and atmospheres of the Minangkabau's village and town, and the cities of Batavia and Surabaya in the 1930's, the authentic and eye-catching set properties such as the big mansions, the old cars, the antiques and the horse racing stadium, up to the well made designed costumes, including the classy suits and dresses, complete with the stylish hats and fancy sunglasses. The party scene is extravagant and glamorous, with music and singing and dancing. The musical score and songs are great and haunting, capturing well every change of the moods in the movie. Nidji composed beautiful songs for the soundtracks, with the most memorable song "SUMPAH DAN CINTA MATIKU" "My Death Oath and Love".This movie has a complete package as a superb entertainment with a wonderful story, charming actors with great performances, and other astounding technical aspects that makes us not only see and hear the movie, but also feel the movie. This is a great Indonesian period romantic drama, a truly instant classic that may not come once in every decade. So powerful, epic and breathtaking, and you will know it by your heart. The very best and pride of Indonesian cinema. MJ 10 out of 12 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 8/10 Well worth to see Remove the ship scene, and I would give this movie 9 points. The graphics look rough and unnatural. In the 14-21 inch TV screen may be accepted, on a cinema screen would look was like back in the Sumatran island culture in the '30s. I feel very fresh once heard a dialect of Malay literature, lilting and attention to its is also not disappoint. Honestly though I do not idolize any of them. But I tried to ignore the supporting cast some look unnatural and too young for their this film is well worth to see because it shows one of the original culture of rarely like Indonesian movies and rarely watch it, even if it is free. But this is one of the local films that I have no regrets for spending the money for the ticket. 13 out of 17 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 9/10 Masterpiece of Indonesia Movie Industry One thing I must say The best of Indonesia Movie ever made Thanks to the great storyline from Ustad Hamka plus the spectacular emotional over- flows Actor and Actresses, the movie is such a great masterpiece that's gonna be talked about for years to come.. Took 5 years of preparation and 2 years of script writing comes with an almost 3 hours extended version that Worth each and every second of its motion and from a Christian Chinese Indonesian perspective who fancies western movies and exposed to Western cultures, this movie is much better than Nicholas Sparks' love morale of the story teaches viewers many elements of life especially Tolerance, love, Sacrifice, Perseverance, and Being Religious. The only let down was the sinking of ship scene. Could have been a 10 out of 10 A must see movie indeed enjoy!! 4 out of 5 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 8/10 the diction The diction used in this film is very good, even though I don't understand the Minangkabau or Padang language, I still understand what it means. 10/10 Best Indonesia movie 2014 For some reason every time I watch this movie feels very deeply and sadness matchless involuntarily tears me out with itself ... does not doubt the quality SORAYA start place, view, view camera is very fitting in the eyes ... and also with a selection of players who are very pass, especially acting Herjunot Ali Zainuddin as it is fit in a movie like this,, best movie for 2014 for me, although I have watched it in 2016For some reason every time I watch this movie feels very deeply and sadness matchless involuntarily tears me out with itself ... does not doubt the quality SORAYA start place, view, view camera is very fitting in the eyes ... and also with a selection of players who are very pass, especially acting Herjunot Ali Zainuddin as it is fit in a movie like this,, best movie for 2014 for me, although I have watched it in 2016 4 out of 6 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 3/10 BEWARE of the hype, BEWARE of high rating First, I didn't read the book. I believe that a movie should be treated differently from the I finally watched this movie based on good review out there and the ads that said there are more than 1 million audiences in just few weeks or sort of . And I was disappointed. The acting was so wooden. The protagonist voice was so annoying. The woman protagonist's character was confusing. I know they're in love just because the script say so. Even Reza Rahadian can't do his best. The dialogue was really don't know what was wrong. the director or the script? The fact is that there were 4 writers in this this movie needs a lot more props more than just bunch of old cars to convince me that this happened in early 1930's. The sets, they look so modern. And by 'modern,' I mean they look like many things that you can find today. Not to mention the misplaced soundtracks by pop band Nidji. Their modern songs with modern instruments just don't fit in this I just find out that 41% of people here gave this nonsensical-so- called-movie 10. To me? 3 is far too generous. 13 out of 37 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 7/10 hayati... Oh, hayati... Adapted from the novel of the same name, it tells the story of the love between Hayati, Zainuddin and Aziz who have different social settings. Their love for each other led to the tragedy of the sinking of Van Der Wijck's sailing I first saw it, I felt that this movie has the same story as the Titanic movie. However, this film has a different story even though it features a scene of a ship sinking. The sinking of Van Den Wijck's ship has its own flavor in the storyline. Centered on the old era of Indonesia with a typical Malay feel, this film is very slick and beautiful. Featuring a story that is thick with customs and culture. Combined with dialogue that uses accents and Malay language. Supported by outstanding performances from Pevita Pearce, Herjunot Ali and Reza Rahardian. This film deserves to be the best drama film in Indonesia. The acting performance is very profound and full of emotions. Also with a very good story conflict which is able to give a good impression in seeing their love story. The film is able to invite the audience to feel and be part of this film. If you look at the title of this film, indeed the end of the tragedy of the ship's fall becomes an ending that fits with. But for me, the tragedy of the ship's fall seemed to be an ending that didn't feel right to perform. As if it became a moving and sad ending. But for me, it's not an ending to their love story problem. 0 out of 0 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 6/10 Decent enough, could be more compact and emotionally charged. Warning Spoilers I got the overall experience of the film, firstly for the good note of which setting was well-researched and outsourced with admirable dialects performed. It sent me back to colonial days dated long years ago. It has beautiful poetic visual that adapts to the mood of different phases of their relationship. But I could not help that it could have had a more natural could be emphasized on just some points as having too many flattens and make it predictable. The conversation is slow with some redundant line, nailed by the ending scene where she just went on saying Zainuddin, kekasihku for three times. I was joking it would repeat twice but it underestimated even my joke and went for the third one. I agree as mentioned in other reviews that the emphasis when it sank could culminate our loss of Hayati more. For it just seemed matter of factly shown that it sank and she died. I didn't really feel sorry for her neither Zai. 1 out of 3 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 7/10 Because it's a Tragedy I feel the film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck should be injected more budget on it. Certainly it worth if they're given much more attention on Hamka product. Indonesian romantic drama film directed by Sunil Soraya and written by Imam Tantowi and Dhony Dirgantoro. Starring Pevita Pearce, Herjunot Ali, and Reza Rahadian, the film based on Hamka's novel. This film also need higher priority on the sinking scenes, It definitely will gives a stronger effect. Because it's a tragedy they should also give heavy reason of Kapal Van Der Wijck sank more clearly. Tenggelamnya Kapal Van der Wijck English Sinking of the van der Wijck 0 out of 4 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 10/10 Best indonesian romance movie ever Not just an ordinary romantic movie. But also carries indonesian cultural. And a classy romantic poems by zainuddin. I very very love this movie. Best romantic movie ever in. 0 out of 0 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 5/10 A soap-opera-styled movie film sinetron, falling short of proving itself worthy of Hamka's masterpiece Warning Spoilers I watched the movie, expecting to see a decent adaptation of the famous novel. To be fair, I'd begin with the high points of the movie. Good performance by extras, specifically those playing the parts of Hayati's family. All scenes involving Hayati's mamak uncle brought me back to my parents' village near Bukittinggi, West Sumatera. I suspect those extras are mostly indeed Minang people, As the matter of fact, they are the closest thing to portrayal authenticity of all the characters in the movie. Kudos for them, which are ironically not included in cast list in IMDB. At the very least, Hayati's mamak deserves to be second nice thing I can say about this movie is its pictorial of Minang landscape. Although, the credit here is not entirely on the director as the landscape is already beautiful. In some shots, I even feel as if they look slightly unreal especially with the soft look and deep colour saturation. While I think this is more due to the director's preferred approach and style, I cannot help thinking as if I was watching an old music video by Rizal Mantovani which also happens to be involved in this movie. Those who spent their teenage years in the 90s watching Rizal Mantovani's music videos would know what I mean. clue lots of high saturated colourActing wise, I appreciate the effort of Herjunot, Pevita, and Reza, the three main characters in the movie. I like Herjunot's portrayal of a young man growing up in Makassar, and his accent is very convincing. However, I find it difficult to say the same for Reza and Pevita. I can forgive Reza's character as having too much Dutch influence, so much that his Minang accent is nowhere to be heard. Pevita's character is a woman who grew up in a village within a Minang community with strong cultural influence, and yet her accent is very thin at the beginning of the movie and rapidly fading away as the movie progresses. Again, I see good acting performance from those outside the main characters, as Jajang C. Noer and particularly Arzetti Bilbina played their characters very well. Even Arzetti's character is a typical middle-aged Minang woman, down to her appearance and accent. Too bad, both of them did not get a lot of screen time, and almost have very minor significance in the storytelling of the last positive thing I can say about the movie is the material itself. When a line or a scene is faithfully taken from Buya Hamka's book, the scene makes sense and very moving to watch. For example, the scene where Hayati come to visit Zainuddin who is sick in bed, where Muluk talk to Zainuddin to build up his spirit, or Hayati's final with other movies that are adaptation of a book, it is always a challenge to adapt the material faithfully and even successfully. The visualization of adaptation material in this movie is, unfortunately, cheesy and unrealistic. There are many scenes in which I feel like the director ignores logic, or at least did not provide a convincing scene as background or explanation. The most obvious example is the pictorial of Zainuddin's house as a very big mansion with many candle lights, a big dinner table, complete with butler and housekeepers. The portrayal of Zainuddin, as a pribumi indigenous people living in 1930s Surabaya under Dutch occupation, is the most disturbing aspect of the movie. Zainuddin's dress is also almost too flamboyant for a humble-writer-turn-successful-businessman. It makes me feel like watching a movie version of a soap opera with a setting of Indonesia in the 1970s. And no thanks to controversial choice of music arrangement. I like Nidji, but does it have to come in every now and then? Their sound definitely does not belong to the 1930s I am aware that different people can see things differently, and I respect their right to express their reviews here. However, seeing a couple reviews of this film here using hyperbolic expressions makes me wonder if they are writing about a completely different movie. The Sinking of Van Der Wijck has a few good points, and it is not a total disaster. But to think of it as deserving a 10/10 rating, to be referred as "the very best Indonesian cinema", "an instant classic", with "standout characterization", "first-class technical aspects", and "excellent period set pieces", or even "a complete package" of "superb entertainment" is just plain deceiving and on the verge of degrading critically acclaimed movies like "Naga Bonar" or "Laskar Pelangi". "The Sinking of Van Der Wijck" may be the Indonesian movie that sold the most tickets and commercially successful, but definitely does not deserve to be called the best of Indonesian movies. 2 out of 7 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 10/10 One of the saddest Indonesian movie i've ever seen Honestly, I'm crying watching this movie. This movie is so sad. As a Minangnese, i'm so related with this story. Unfortunately, there are some clumsy things especially in ship arrival scene is too unrealistic and looks so bad. And this film doesn't tell the background of Zainuddin's father like in actual novel. 0 out of 0 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink 7/10 This film is very good In my opinion, the visuals presented in this film are very good, but for the scene when the ship sinks, in my opinion, it is very unrealistic. The color gradations in this film also really illustrate that this story happened in the dialogues of the characters also use Minang language so that viewers who do not understand Minang language have to listen to the translation, making the audience's focus a little divided. However, the writer still recommends this film to be watched by connoisseurs of Indonesian romance films because this film is not only about love, but also about someone's life struggles, namely Zainuddin. 0 out of 0 found this helpful. Was this review helpful? Sign in to vote. Permalink

Mujurada Bang Muluk.https://mlstudios.my#syafiqahghazali_ #filem

Review Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck Haloo pembaca yang arif&budiman.. Gimana kabar kalian? Kali ini saya mau mengulas film yang baru saja saya tonton kemarin. Sebuah film yang diadaptasi dari Novel Buya Hamka. Sebuah film yang akan memorable, menyajikan cerita yang kompleks, apik, bermakna dan mengesankan. Sebuah film Indonesia yang membanggakan dan sangat baik ditonton di penghujung akhir tahun 2013 ini. Film yang akan membuat Mbrebes mili atau maksudnya berlinang air mata kalo kata orang jawa. Ulasan tulisan ini akan SANGAT SPOILER ALERT!! Bagi yang belum menonton. Keputusan di tangan pembaca dan calon penonton, berbijaklah! TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK Poster Film Para Pemeran Utama Zainuddin diperankan oleh Herjunot Ali Hayati diperankan oleh Pevita Pearce Azis diperankan oleh Reza Rahardian Muluk diperankan oleh Randi Nidji’ Alur Cerita Babak I Awal perkenalan dengan Hayati Setting dimulai dari Makassar, seorang anak muda bernama Zainuddin pamit kepada Ma’Base di Makassar untuk pergi ke Batipuh, Padang pada tahun 1930. Maksud kedatangan Zainuddin ke Padang adalah untuk mengunjungi tanah kelahiran mendiang ayah nya yang sudah wafat bernama Sutan Muntari. Salah satu tokoh yang dihormati di wilayah tersebut. Selain itu, Zainuddin ingin melihat keelokan, keindahan tanah Minang. Disamping ingin menimba ilmu agama disana sebagai tujuan utamanya. Namun percik konflik mulai terlihat, kala Zainuddin menyadari bahwa identitasnya etnis nya yang ā€œtidak jelasā€ membuat khawatir akan keberadaan dirinya dan meminta perlindungan di rumah saudara di Batipuh. Lambat laun, Zainuddin muda ini mulai mengenal, belajar dan bergaul dengan teman sebaya disana. Setelah beberapa bulan disana, ia melihat seorang gadis muda cantik yang sedang naik semacam delman sebagai alat transportasi desa pada zaman dahulu. Setelah ditelusuri, diketahuilah bahwa nama gadis tersebut adalah Hayati. Singkat cerita, mereka berkenalan dengan cara yang cukup romantis bagi saya secara pribadi. Lalu, bertukar surat. Benih-benih cinta pun tumbuh. Adegan yang menceritakan jalinan kasih dirasa cukup cepat, sejak awal mula Zainuddin melihat Hayati untuk pertama kalinya. Namun, ketika cinta sudah saling bertautan, konflik pun muncul. Menyoal identitas etnis yang setengah-setengah, Zainuddin menjadi omongan warga, bahkan setelah satu/dua bulan ia dijauhi oleh teman-teman sebayanya, tidak dianggap karena secara adat Zainuddin adalah orang ā€œluarā€. Zainuddin adalah keturunan Minang ayah dan Bugis ibu. Pada saat itu lah, Zainuddin pindah ke Padang Panjang. Sebelum itu, Hayati yang mendengar kabar tersebut langsung meminta bertemu di Danau, tempat dimana Zainuddin suka menulis surat untuk Hayati. Disitu mereka membuat janji, untuk bertemu kembali, merajut cinta agar jadi satu, nanti. Adegan ini cukup lama dan dialog yang dibangun sangat indah, backsound lagu Nidji yang berjudul "Sumpah&Cinta Mati ku" juga bagus melatari adegan ini. Setelah pergi ke Padang Panjang, ia tinggal di rumah seorang guru agama. Mulai dari sini, cerita mulai ā€œhidupā€. Setelah ada scene yang cukup serius, kita disuguhkan oleh dibuat terpingkal oleh banyolan Muluk, sebagai anak yang bisa dikatakan Badung, nganggur. Lucu deh adegan yang melibatkan dirinya. Dirinya lah yang mengantar dan memperkenalkan Zainuddin menyusuri kota Padang Panjang. Berita gembira pun muncul, ada kabar dari Hayati bahwa dirinya pun ingin pergi berkunjung ke Padang Panjang. Hingga akhirnya kabar gembira tersebut berputar 360 derajat, bagi Zainuddin, bagi Hayati. Hayati saat menonton Pacuan Kuda dengan Azis Scene mulai difokuskan kepada pertemuan Hayati dengan Azis. Azis seorang pekerja sukses yang bekerja di kota Padang. Sering berhura-hura dengan teman Belandanya. Gayanya bisa dibilang cukup Necis untuk seorang dari kalangan atas. Azis terpukau dengan kecantikan Hayati dan menaruh hati padanya. Disini, konflik mulai menjadi petaka, khususnya bagi Hayati. Rencana hati ingin mengunjungi Zainuddin untuk bertemu, melihat pacuan kuda yang bergengsi’ bersama. Justru malah diajak oleh Azis dan kolega-kolega nya nonton bersama. Terlihat sekali stratifikasi pakaian yang digunakan. Azis yang dengan modal pas-pasan karena ia miskin pada saat itu, hanya bergaya seadanya justru terkesan alim sekali. Berbeda dengan Azis yang datang menggunakan mobil dan berpakaian bagus, begitu pula Hayati yang telah didandani menjadi sedikit modern. Pada akhirnya, mereka hanya bertatap muka. Scene disini cukup membuat sedih penonton. Konflik yang menjadi malapetaka, khususnya bagi Hayati tidak hanya sekedar tidak dapat betemu dengan Zainuddin saja. Masalah yang kemudian muncul adalah ada upaya Azis yang bergelimang harta, keturunan Minang asli dan Zainuddin sebagai pemuda rantau yang miskin, tidak punya uang sepeser pun, identitas etnis Minang-Bugis yang dipermasalahkan kaum adat Minang untuk melamar nikah Hayati. Alhasil, dilakukan musyawarah para pemuka adat yang dipimpin Datuk dan para Ninik-Mamak lainnya. Scene ini memperlihatkan kuatnya Adat mempengaruhi proses sendi kehidupan sosial individu di Minang. Tentu sudah bisa tertebak, Azis lah yang menang. Pernikahan tersebut menghancurkan kondisi psikologis Hayati yang tidak bisa berbuat apa-apa, tunduk pada adat. Begitupun Zainuddin yang kemudian jatuh sakit oleh kabar tersebut. Kemesraan Azis dan Hayati setelah menikah Kedatangan Hayati yang menjenguk Zainuddin setelah menikah dengan Azis makin memperparah situasi. Saat Hayati datang, Zainuddin seperti orang yang mengigau sambil memegang tangan Hayati, mengajak Hayati menikah, hingga ditengah-tengah kekacauannya menginggau, Zainuddin sadar bahwa tangan perempuan yang sedang dipegangnya adalah tangan yang sudah menikah. Adegan ini membuat para penonton sulit untuk tidak menitikan air mata, bersimpati pada guncangan jiwa Zainuddin. Saat Zainuddin masih melarat dan membaca surat penolakan lamaran Dua bulan lamanya, Zainuddin terbaring di kasur, sakit dan terguncang jiwanya akan kesepian dan kemelaratan. Guncangan jiwanya bukan tanpa sebab dan berlebihan. Sejak kecil, Zainuddin sudah menjadi anak yatim piatu, sendiri, miskin&melarat pula, ditambah kisah cintanya dikhianati oleh perempuan yang justru memberinya janji untuk bertemu kembali, janji untuk mencinta sehidup semati, perempuan yang memberinya harapan untuk menjadi lelaki yang kuat. Namun pada akhirnya, sosok Bang Muluk muncul memberinya harapan, mengisi kekosongan hatinya, menjadi sahabatnya. Bang Muluk memberinya pencerahan untuk Move On. Babak II Awal Perantauan Zainuddin ke Batavia hingga Soerabaja Ditengah-tengah kesedihan yang berkepanjangan, Bang Muluk menjadi sahabat yang mendorong dan menyemangati Zainuddin untuk bisa Move On. Menata kembali hidup yang lebih baik, dan mungkin makna terselubungnya ā€œTake A Revengeā€ bagi si Hayati yang sudah hidup mewah dengan Azis. Bang Muluk memberi motivasi dengan memuji Zainuddin bahwa dirinya adalah pemuda hebat yang berwawasan luas dan memiliki karya sastra, hikayat yang indah, bahkan layak untuk dikirim ke penerbit. Akhirnya, Zainuddin memutuskan untuk merantau ke Batavia, kebetulan Bang Muluk memiliki kenalan orang penerbit di Batavia. Disini pula, scene yang menunjukan kisah persahabatan seperti dialog Zainuddin-Bang Muluk ā€œsahabat sejati sampai mati!ā€ Mulai dari sini, nasib mereka berdua berubah. Begitupun nasib Azis dan Hayati. Setibanya mereka Zainuddin&Muluk di Batavia, mulai diperkenalkan lah kata-kata Kapal Van Der Wijck. Yang disebut-sebut kapal pesiar yang mewah buatan Feyenoord. Saat itu pula lah, ada orang dari bagian penerbit yang suka dengan kisah hikayat yang dikarang oleh Zainuddin dan layak diterbitkan di koran sebagai cerita bersambung. Nasib baik pun berpihak pada si anak rantau dan sahabatnya ini, ia ditawari untuk menjadi seorang penulis yang kemudian diberi fasilitas mesin tik, kertas dan ruang. Bang Muluk menjadi sahabat setia yang mengurusi segala hal yang berkaitan dengan Zainuddin. Lambat laun, tulisannya di koran ternyata mempengaruhi banyak orang, hingga cerita hikayatnya dibuat menjadi sebuah buku yang berjudul ā€œTeroesirā€. Cerita hikayat tersebut sontak digandrungi&membuat ā€œgalauā€ khalayak luas. Di Batavia, akhirnya terjadi mobilitas sosial pada diri Zainuddin. Kini, ia menjadi penulis terkenal . Bukunya laku keras, habis terjual. Dibukunya menggunakan nama samaran, ā€œTuan Zhabirā€ namanya. Sekarang ia mulai membenahi tampilannya tentu atas dorongan dan arahan Bang Muluk dan bisa membeli mobil. Dua tahun kemudian, nasib baik untuk kedua kalinya datang menhampiri si anak rantau yang alim dan baik hatinya itu. Ia ditawari untuk mengurus kantor penerbitan yang terbengkalai di Soerabaja. Maka, kesempatan itu tidak ditolak oleh Zainuddin dan Bang Muluk. Pada tahun 1932, Zainuddin mengelola kantor penerbitan ā€œPoestaka Rakjatā€ di Soerabaja. Di Soerabaja, Zainuddin membeli Rumahā€ yang mungkin lebih tepat dikatakan sebagai Istana, karena memang berbentuk seperti istana. Bagaimana dengan kehidupan Hayati-Azis di Padang Panjang? Suram. Kehidupan mereka kian tak ada kebahagiaan. Hayati yang mula menjalani hidup mewah meski kesepian karena ditinggal ā€œngantorā€ oleh Azis ke Padang. Padahal, yang dilakukan oleh Azis hanyalah main perempuan dan berjudi tanpa sepengetahuan Hayati. Setiap kali pulang ke rumah dan hayati tidak Stand By menyambut kepulangannya, Azis jadi sering bertindak dan berbicara kasar dengan Hayati. Disinilah sosok Azis yang sebenarnya mulai diperkenalkan. Watak kesombongan&kekasarannya mulai menguat. Hal ini ditandai oleh seringnya ia berbicara kepada Hayati,ā€Dasar Kampungan!ā€, ā€œKamu cuma seorang gadis kampung!ā€. Puncaknya, Azis marah besar karena Hayati sering baca buku ā€œTeroesirā€ meski keduanya belum tahu bahwa buku tersebut karangan Zainuddin. Tentu hal tersebut sering membuat sedih di hati Hayati. Sangat sedih dan langsung diutarakan kepada Azis. Meski dalam beberapa scene, perecokan rumah tangga mereka sering terjadi setelah itu. Singkat cerita, Azis mengajak Hayati untuk pindah ke Soerabaja karena kabarnya ada kenaikan pangkat jabatan Azis dan disuruh mengurus kantor pula di Soerabaj. Berangkat lah mereka dan setiba disana, ada undangan menonton pertunjukan Opera ā€œTeroesirā€. Pada momen ini, setelah sekian lama tak bertemu, mereka bertiga Azis-Hayati dan Zainuddin akhirnya saling bertemu kembali. Dengan nasib yang berbeda. Yang membuat terpingkal adalah ketika dialog Zainuddin menyapa mereka, khususnya Hayati,ā€Halo Zainuddin, sahabatku, lama kita tak jumpa dan Halo pula ā€œOrang Kayo niā€bernada menyindir, Hayati ā€œ. Hayati hanya bisa tertunduk malu, merasa tidak enak akan semua yang terjadi diantara mereka. Momen tersebut ternyata digunakan oleh Azis untuk mendekati Zainuddin untuk meminjam uang untuk membayar semua hutang-hutang judi selama ini. Hal ini kemudian menguak satu hal, bahwa kondisi keuangan rumah tangga Azis-Hayati sedang kacau balau. Ditunjukan oleh scene ada sekelompok penagih hutang berlogat jawa datang dan menyita habis barang di rumah mereka. Ternyata uang yang dipinjam dari Zainuddin hanya dibayar sepertiganya saja. Collapse seketika. Saat Zainuddin bertemu dengan Azis dan Hayati di Opera "Teroesir" Pada akhirnya, Azis mengajak Hayati untuk tinggal ke rumah ā€œIstanaā€ nya Zainuddin. Tentu dengan senang hati Zainuddin menerima, meski sikapnya menjadi dingin kepada Hayati karena masih menyimpan benci dan luka cintanya. Oh iya, Zainuddin melarang siapapun masuk ke ruang kerjanya kecuali Bang Mulukā€. Hampir sebulan lamanya menumpang dan tiba-tiba Azis jatuh sakit akibat depresi dan merasa tidak enak kepada Zainuddin. Ketika sudah pulih, Azis meminta maaf kepada Zainuddin bahwa selama ini sudah bersikap semena-mena dan memandang rendah Zainuddin. Sejak saat itu, Azis berupaya insyaf dan berupaya merantau lagi, meski sempat dicegah oleh Zainuddin. Namun keputusan sudah bulat, Azis lebih memilih ingin merantau dan kembali mencai pekerjaan dan memohon kepada Zainuddin agar Hayati bisa tetap tinggal selama ia mencari kerja. Saat berada di kediaman Zainuddin Zainuddin pun akhirnya setuju. Namun ia berpesan kepada Azis,ā€Aku hanya berpesan, Ubahlah Haluan Hidupā€. Pesan tersebut sangat bijak dan menyentuh dalam film ini. Babak III Akhir kisah cinta segitiga Azis, Hayati, Zainuddin Hari-hari berlalu setelah Azis pergi mencari pekerjaan, Hayati merasa makin tidak enak dengan Zainuddin, karena sejak kedatangannya saat itu Zainuddin tetap bersikap dingin dan seperti menjauhi Hayati. Curhatan itu diutarakan Hayati kepada Bang Muluk. Hayati pun mempertanyakan kenapa ia tak boleh masuk ke ruang kerja Zainuddin. Bang Muluk pun menceritakan keseluruhannya kepada Hayati, sampai-sampai Hayati pun miris mendengarnya. Hingga pada akhirnya, Bang Muluk memperbolehkan Hayati masuk ke dalam ruang kerja Zainuddin dan Hayati merasa terpukau oleh keindahan di dalamnya. Sampai pada akhirnya Bang Muluk menarik suatu kain yang menutupi sebuah lukisan sangat besar. Lukisan tersebut adalah Hayati. Scene ini cukup membuat merinding. Esok hari, Surat dari Azis pun tiba. Bukannya Kabar baik yang dikirim dengan surat dari Azis setelah lama mencari kerja, ternyata justru kabar buruk yang datang. Surat yang dikirimkan berisi talak perceraian Azis kepada Hayati, Azis meminta agar Zainuddin kembali mencintai dan menerima Hayati. Kabar paling buruknya adalah kabar kematian dari Azis, ia meninggal di sebuah kamar, seperti hotel. Meninggal akibat Overdosis obat. Entah obat seperti apa. Saat Zainuddin dan Hayati menerima surat dari Azis Pada akhirnya, setelah didera berbagai peristiwa pilu, Hayati memberanikan diri untuk menanyakan langsung kepada Zainuddin tentang sikapnya yang berubah drastis kepadanya dan menanyakan apakah cinta bisa terajut kembali setelah semua ini terjadi?. Pada saat ini lah scene dimana Zainuddin meluapkan segala curahan emosinya di depan Hayati. Ada kalimat menarik yang diutarakan oleh Zainuddin kepada Hayati meski saya sedikit lupa akuratnya gimana tapi kurang lebih seperti ini, ā€Seperti itulah perempuan, lebih bisa mengingat kekejaman yang diakibatkan oleh orang lain kepadanya meskipun sangat kecil, sedangkan kekejamannya sendiri kepada orang lain tidak pernah ia ingat!ā€ Scene curhatan akumulasi emosinya selama ini sangat menguras emosi penonton, bahkan banyak penonton yang kemudian kembali terisak tangis. Dialog yang dibangun sangat lugas oleh Zainuddin untuk menyampaikan dan menyimpulkan, ā€œSekarang, siapa yang sebenarnya kejam? Bukan aku! Bukan!ā€. Lantas, itu tandanya Zainuddin telah menutup pintu hatinya kepada Hayati secara terang-terangan. Zainuddin pun menyarankan Hayati pulang ke kampung halaman, ke Batipuh dengan menggunakan Kapal Van der Wijck. Hayati yang secara kilas peristiwa memang bersalah, tak bisa berbuat banyak untuk meyakinkan hati Zainuddin bahwa hatinya masih mencintai Zainuddin, tidak pernah berubah, gagal. Sia-sia. Lantas, keesokan harinya dengan diantar oleh Bang Muluk ke pelabuhan, tibalah mereka di samping kapal yang megah itu, Kapal Van Der Wijck. Namun, entah kenapa Hayati memiliki firasat buruk, ia berucap ke Bang Muluk,ā€Bang, apa gerangan ini, serasa kaki tak mau menaiki kapal yang karamnya seperti akan tenggelam. Serasa kaki ini diam, lebih nyaman menapak di pijak bumiā€. Namun, pada akhirnya tak ada pilihan lain, naik lah ia ke kapal. Sebelum benar-benar pergi, Hayati memberikan secarik kertas kepada Bang Muluk yang isinya kesungguhan , keteguhan dan konsistensi hatinya selama ini kepada Zainuddin. Hidupnya dicurahkan, mati pun ingin bersama Zainuddin. Namun, takdir berkata lain. Firasat buruk Hayati terjadi. Kapal mengalami kendala di tengah-tengah perjalanan. Kapal pun karam, korban berjatuhan ke laut. Begitupun Hayati, harapannya, impiannya, cita-citanya, cintanya, kenangannya.. tenggelam bersama Kapal Van Der Wijck. Takdir akhir memberi menit-menit terakhir, mempertemukan kembali janji’ kepada sang kekasih. Ia selamat. Namun sekarat. Zainuddin dan Bang Muluk yang mengetahui kabar itu, bergegas naik mobil seharian untuk melihat keadaan Hayati. Saat Hayati tenggelam ke laut Setibanya di rumah sakit, dokter tidak bisa menolong banyak kepada Hayati karena peralatan yang tidak memadai. Adegan Scene terakhir ini akan membuat klimaks film ini menjadi kembali sangat menguras emosi. Di ambang kematiannya, Hayati lega, senang bisa bertemu untuk terakhir kalinya dengan Zainuddin. Orang yang sangat dicintainya, hidup dan matinya pun ingin terus bersamanya. Hayati minta dibacakan dua kalimat syahadat oleh Zainuddin. Sambil menangis, Zainuddin menuruti permintaan Hayati. Dituntunnya berkali-kali Hayati untuk membaca dua kalimat syahadat. Hingga pada akhirnya, Hayati menutup mata untuk selamanya. Di akhir cerita, Scene diganti menjadi kepedihan yang mendalam dengan membacakan ayat suci Al-Quran di kuburan Hayati pada beberapa waktu. Menuju akhir film, Zainuddin kemudian terlihat sangat sibuk mengetik di mesin tik, menulis seharian, lembar per lembar. Hingga menjadi satu naskah tulisan. Selain itu, kabar baiknya, Bang Muluk yang tadinya bermental preman pasar, sekarang sudah menjadi lelaki sejati dengan melamar seorang wanita bernama… Lupa sih, kalo ga salah sih Ida deh. Dan kembali menyatakan bahwa mereka adalah sahabat sejati, sampai mati. Oh iya, Rumah istana’ di Soerabaja itu dijadikan Panti Yatim Piatu bernama ā€œPanti Yatim Piatu Hayatiā€. Scene yang mengakhiri film ini adalah ketika dialog Bang Muluk menyuruh Zainuddin menyudahi kesedihan dan menerima kenyataan bahwa Hayati sudah meninggal. Namun, ternyata kata-kata Zainuddin membuat Bang Muluk tercengang, ā€Tidak. Hayati tidak mati. Ia tetap hidup… Hidup dalam buku ini, buku baru ku… ā€œTenggelamnya Kapal Van Der Wijckā€. SELESAI Analisis Film - Kelebihan Latar suasana petang menuju malam di tanah Minang, kelamnya suasana yang ditawarkan di istana’ Zainuddin, warna-warna gelap jsutru cukup memanjakan mata. Sangat enak untuk dilihat. Pengambilan gambar yang apik juga menambah nyaman menontonnya. Lalu, yang saya acungi jempol adalah kompleksitas ceritanya. Bisa dikatakan ā€œpadatā€. Sehingga kita benar-benar harus fokus menontonnya. Ini memang dramatis sekali, namun ceritanya tidak sederhana. Hukum Adat daerah, kemiskinan, harapan&cita-cita menjadi substansi yang reflektif bagi kehidupan sosial pada zamannya. Dimana Adat masih menjadi fakta sosial yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan sosial masyarakatnya. Bahkan hingga cinta sekalipun. Saya acungi juga kepada ketiga aktor dan aktris yang sangat apik memerankan orang Minang asli. Khususnya kepada Herjunot Ali yang sangat apik membawakan tokoh Zainuddin. Dari perwatakan, konsistesi logat, dan mimik mukanya kala senang, sedih, benci. Cukup sempurna. Reza Rahardian pun demikian, membawakan tokoh Azis yang arogan dengan apik. Begitupun Pevita, menjadi gadis desa yang patuh adat saya rasa sulit untuk bisa memerankannya. Namun, lirihan-lirihan, lemah-lembut, keindahan dialog yang dibawakan bagai syair. Meski ada kekurangannya juga, dibahas dibawah ini. Muluk pun dengan baiknya diperankan oleh Randi 'Nidji'. Kekonyolannya, kesetiakawanannya yang 'jujur' dan tulus menambah film menjadi sangat menarik, menjadi lengkap. - Kekurangan Tentu karya sebagus apapun tetaplah memiliki kekurangan, tiada sesuatu yang sempurna kan? Hanya ada dua poin yang menurut saya sebagai penonton yang kiranya ada beberapa hal yang agak mengganggu. Pertama adalah penokohan Hayati oleh Pevita, mungkin kurang bisa menggambarkan gadis desa yang utuh. Terlalu cantik mungkin ya, he he. Selain itu logat minang yang mulai berkurang menjelang akhir film ketimbang di awal film. Atau mungkin sengaja dibuat demikian karena memang pengaruh lingkungan selama menikah dengan Azis ya.. Poin kedua adalah sangat disayangkan justru Kapal Van Der Wijck tidak terekspose dengan berlebih. Penyebab kejatuhannya pun saya rasa cukup Absurd dan kurang menjelaskan mengapa tragedi tenggelamnya kapal itu terjadi, tiba-tiba sudah ada korban berjatuhan saja. Meskipun dramatisasi jatuhnya korban ke laut cukup membuat miris dan merinding. Sedikit kurangnya teringat adegan di Titanic. Hanya sedikit disayangkan saja, alasan tenggelamnya kurang dijelaskan, semisal menabrak karang atau badai atau apapun itu. Kesimpulan Well, itulah yang bisa saya jabarkan dalam tulisan saya ini. Mohon maaf apabila terlalu panjang resensinya. Dibalik kelebihan dan kekurangannya, filmyang berdurasi sekitar 2 jam 45 menit ini secara overall sangat baik untuk ditonton, di akhir tahun 2013 pula. Jujur saya belum pernah membaca sama sekali Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck sehingga saya belum maksimal untuk bisa membandingkannya dengan cerita aslinya. Tapi saya yakin, film ini sudah mengadaptasi ceritanya sebaik mungkin. Saya akan cari secepatnya novel karangan Buya Hamka yang sangat bagus ini. Mungkin sudah saatnya pula, kita mencintai karya sastra Indonesia klasik yang ternyata memiliki kemahsyuran dan keantikan juga keberagaman cerita yang bagus untuk diambil pesan moralnya. Tidak jadi soal mau nonton sendiri, berdua dengan teman/kekasih, dengan keluarga. Intinya, film ini sangat layak untuk ditonton. Pesan yang dapat dipetik - Setiap masyarakat Indonesia kiranya perlu mulai kembali membaca sastra klasik, tidak hanya karya Buya Hamka, namun banyak tokoh lain, seperti Mochtar Lubis, Pramoedya Ananta Toer, Marah Rusli, dll. Keindahan dan Kemahsyuran sastra tidak perlu diragukan lagi. Tidak seperti penulis kekinian bisa dimaklumi karena tantangan permasalahan yang dihadapi berbeda, bukan berarti tidak ada yang bagus. - Motivasi Eksternal dalam bentuk apapun tidak akan pernah menjanjikan mendorong seseorang keluar dari masalah nya. Kecuali Motivasi Intrinsik, yakni Motivasi dari dalam diri sendiri. Kita bisa belajar dari karakter tokoh Zainuddin yang mencoba Move On dari kegalauan akan cinta, kemiskinan, segala bentuk esklusi sosial, dan kesepiannya. - Cinta selalu datang dari hati. Cinta tak bisa tersekat adat. Sekalipun terlihat gagal, salah jalan, dan di ujung mati, cinta akan tetap bertemu lewat perantara hati. Ia tidak pernah ingkar janji. Selalu tahu kemana hati berlabuh, Takdir yang menuntun. - Film Indonesia kekinian, makin JAYA! Congratulations… Quote Buya Hamka Cover Novel Asli Silahkan berkomentar dan jika ingin mengcopy review film ini, tolong sertakan alamat blog ini. TerimaKasih Semoga Bermanfaat ! KapalVan Der Wijck tenggelam pada 1936 diantara Surabaya dan Semarang, dari peristiwa ini ditulis sebuah novel cinta oleh seorang penulis hebat iaitu Haji Abdul Malik bin Karim bin Amrullah atau HAMKA. Hasilnya sebuah novel yang super best seller berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan kemudiannya diadaptasikan kepada Filem pada 2013.
Tenggelamnya Kapal van der Wijck merupakan film Indonesia yang rilis pada tahun 2013, diproduksi oleh Ram Soraya, dan disutradarai oleh Sunil Soraya. Film ini diadaptasi dari novel legendaris milik Buya Hamka yang terbit pada tahun 1938. Film yang mengambil latar pada masa Indonesia masih dijajah Belanda ini dimainkan oleh beberapa aktor berbakat, seperti Herjunot Ali Zainuddin, Pevita Pearce Hayati, dan Reza Rahadian Aziz. Film Tenggelamnya Kapan Van der Wicjk berkisah tentang Zainuddin yang pindah dari Makassar ke Batipuh untuk menuntut ilmu. Di desa Batipuh, ia langsung jatuh cinta terhadap Hayati yang merupakan kemenakan dari ketua suku Minangkabau. Kata paman Zainuddin, sang ketua suku Minangkabau tidak memperbolehkan pemuda Batipuh untuk menjadi suami Hayati. Namun, penjelasan tersebut tak mematahkan keingintahuan Zainuddin terhadap Hayati. Sepulang mengaji dari surau, Zainuddin meminjamkan payung kepada Hayati yang tengah berteduh di sebuah warung bersama seorang teman perempuan. Sejak saat itu, Zainuddin dan Hayati saling berkirim surat yang membuat mereka menjadi dekat. Warga yang melihat jika Zainuddin dan Hayati sering bertemu pun mengadukan hal tersebut kepada sang ketua suku, yang menyebabkan Hayati diminta untuk menjauhi Zainuddin, sedangkan Zainuddin sendiri diusir dari tanah Batipuh. Tak hanya itu saja, Hayati juga dijodohkan dengan Aziz, seorang padagang kaya raya dari kota Padang Panjang yang membuat Zainuddin dilanda keterpurukan selama berbulan-bulan karena Hayati telah mengingkari janji mereka. Tak ingin dilanda kesedihan terus-menerus, Zainuddin memutuskan untuk merantu ke Surabaya bersama Muluk. Di sana, ia menjadi seorang penulis yang sukses. Namun, tak lama kemudian sosok Hayati dan Aziz kembali muncul di kehidupan Zainuddin yang mengingatkannya akan luka lama. Ulasan Film Tenggelamnya Kapal van der Wijck adalah salah satu film bergenre Roman Indonesia yang sangat menguras emosi, ditambah akting para pemainnya yang sangat mengagumkan. Alur film ini juga sangat menarik serta suasana yang diperlihatkan pada film ini benar-benar seperti saat Indonesia masih dijajah oleh kolonial Belanda. Namun sayangnya, alur film ini bisa dibilang lambat. Dialog para tokohnya juga menggunakan bahasa Minang sehingga bagi penonton yang tidak mengerti bahasa Minang harus menyimak terjemahannya, membuat kefokusan para penonton sedikit terbagi. Akan tetapi, penulis tetap merekomendasikan film ini untuk ditonton bagi penikmat film bergenre roman Indonesia karena film ini tidak hanya berkisah mengenai cinta, tetapi juga tentang perjuangan hidup seseorang, yakni Zainuddin.
Filmini diadaptasi dari novel mahakarya sastrawan sekaligus budayawan Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau Hamka, yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Film yang bergenre Drama Romantic ini menjadi film termahal yang pernah diproduksi oleh Soraya Intercine Films. Film ini antara lain dibintangi oleh Herjunot Ali, Pevita Pearce, Reza Tenggelamnya Kapal Van Der WijckPERHATIAN!Artikel ini mengandung spoiler mengenai jalan cerita dari film/drama ini. Menjadi salah satu film terbaik yang lahir di ranah perfilman Indonesia, film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck’ memang ramai diperbincangkan. Menjadi menarik dengan mengangkat persoalan budaya ditengah masyarakat, dimana budaya menjadi bagian penting untuk menutur tata laku individu yang ada. Diadaptasi dari novel karya Buya Hamka dengan judul yang sama, film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck’ disutradarai oleh Sunil Soraya dan diproduseri Ram Soraya. Film drama romantis tahun 2013 ini juga dilakoni oleh aktor dan aktris kawakan Indonesia. Dirilis tanggal 19 Desember 2013, kabarnya proses produksi film ini menghabiskan waktu 5 tahun. Penggarapan film ini bukan main rupanya, tak heran memang jika film ini banyak di perbincangkan di masyarakat. Makin penasaran kan bagian menarik apa lagi yang bisa ditemukan dari film ini? Sinopsis Berlatar tahun 1930, menceritakan kisah cinta muda-mudi yang terhalang oleh adat istiadat. Berawal dari seorang pemuda bernama Zainuddin Herjunot Ali yang terusir dari tanah kelahiran sang ayah di Batipuh, Padang dengan Hayati Pevita Pearce gadis murni keturunan Minang yang cantik dan santun membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Ayah keturunan Minang dan Ibu keturunan Bugis, membuat Zainuddin dikucilkan di tanah Minang. Cintanya kandas seiring dengan lamarannya yang ditolak oleh keluarga Hayati karena statusnya yang dianggap tak bersuku oleh masyarakat Minang yang matrilineal. Hayati dijodohkan dengan Aziz Reza Rahadian yang memilki status yang sama-sama keturunan bangsawan. Adat Minang menuntut Hayati agar selalu tunduk dan patuh, menikah dengan Aziz dan menjaga nama baik keluarga. Kecewa, Zainuddin sempat hidup terpuruk berlarut dalam kesedihan beruntung sahabatnya Muluk Randy Danistha selalu menemani hingga ia bangkit. Memilih bertolak ke Batavia, Zainuddin berhasil membuka lembar baru menapaki karir yang sukses. Menjadi penulis terkenal dengan karya-karya masyhur, ia dipercaya mengurus perusahaan di Surabaya. Takdir memang punya cerita unik, Zainuddin dan Hayati dipertemukan kembali dalam sebuah Opera. Karir Aziz sebagai pebisnis sukses lah yang membawa ia dan sang istri Hayati datang dan tinggal di Surabaya. Namun rupanya hal ini tak berlangsung lama, bisnis Aziz hancur. Meninggalkan surat cerai untuk Hayati, rupanya Aziz memberikan surat berbeda pada Zainuddin agar ia mau menerima Hayati dan menjadikan Hayati miliknya. Masih terikat sakit hati di masa lalu, Zainuddin memilih mengirim Hayati pulang ke kampung halamannya dengan kapal Van Der Wijck. Menitipkan sepucuk surat kepada Muluk untuk Zainuddin, Hayati pun pergi. Naas, kapal Van Der Wijck yang membawa Hayati pulang tenggelam ditengah perjalanan. Mengetahui ternyata Hayati masih dan selalu mencintainya, Zainuddin bergegas menyusul Hayati. Terlambat, Hayati meninggalkan dirinya dan penyesalannya untuk selama-lamanya. Totalitas Produksi Film yang Patut Diapresiasi * Menjadi film termahal yang di produksi oleh Soraya Intercine Films, projek film ini sudah berlangsung dari tahun 2008. Dari mulai observasi, pra-produksi, penulisan skenario hingga pemilihan pemain yang berjalan 5 tahun membuat Sunil sebagai Sutradara sempat ragu fimnya ini akan rampung, mengingat prosesnya yang begitu voucher streaming Netflix, Disney+, Prime Video, Viu, dll murah di Lazada Riset, pengambilan gambar serta pembuatan latar film seperti tahun 1930 mengikuti novelnya membuat biaya produksi cukup tinggi. Begitu juga dengan pembuatan replika kapal Van Der Wijck yang dibuat ulang oleh produsennya dan dipesan langsung dari Belanda. Belum lagi properti lainnya yang turut di setting seperti suasana tahun 1930, mobil, kostum, sampai figuran orang asing yang mendukung latar cerita. Bahkan untuk kostumnya sendiri dibuat dan dirancang oleh Samuel Wattimena seluruhnya. Proses penulisan skenario ditulis selama 2 tahun dengan revisi beberapa kali oleh sang sutradara. Ini karena Sulin sebagai sutradara ingin filmnya dapat menyampaikan semangat dan pesan yang sama seperti yang disampaikan Hamka dalam Novel. Memiliki durasi 2 jam 49 menit, film ini memakan wakru 6 bulan untuk proses syuting dengan total 300 adegan. .
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/387
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/284
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/972
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/803
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/734
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/1
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/79
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/788
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/440
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/18
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/154
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/756
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/920
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/338
  • 3uxo2gm6zb.pages.dev/266
  • review film tenggelamnya kapal van der wijck